Cerita Dewasa, Sex Cerita Bergambar terlengkap terbaru 2015
MBOK INEMKU YANG PEMALU 2.txt
Cerita Mesum tante
»
Judul : MBOK INEMKU YANG PEMALU 2.txt
MBOK INEMKU YANG PEMALU - 2
Dari bagian 1
Begini nih ceritanya..
Setelah selesai mandi, Tika aku gandeng ke
meja makan dan ternyata Intan sudah
mulai mencicipi sarapan paginya. Aku lihat
di meja makan sudah ada makanan
lengkap dan aku pikir pasti Mbok Inemku
yang masak dari bahan-bahan yang ada di
kulkas.
"Selamat pagi.., Intan..".
"Pagi om..". Oh iya, Intan ini memang agak
lain, dia memanggilku dengan sebutan om
dan kalau aku perhatikan, Intan ini sedikit
lebih dewasa dibandingkan Tika. Tika
memang sifatnya agak sedikit manja.
"Intan.., mana Ibu kamu, kok nggak
kelihatan..".
"Ibu lagi mandi om.., Mbak Tika makan yuk
bareng Intan..".
"Iya dik.., Mbak Tika juga udah lapar
banget..".
Aku dengar memang di kamar mandi
belakang ada suara orang yang lagi mandi.
Aku ke kamarku untuk ambil handuk buat
Mbok Inemku. Terus aku menuju ke
belakang dan kuketuk pintunya. Mbok
Inemku mungkin mengira yang mengetuk
pintu adalah Tika sehingga pintunya
dibuka lebar-lebar.
"Aaa.. deen..".
Mbok Inemku berteriak keras banget
sampai aku kaget. Dan yang bikin aku lebih
kaget lagi adalah tubuh polosnya. Kepala
Mbok Inem hanya bisa menunduk dengan
wajah kemerahan menunjukkan rasa malu
yang luar biasa. Tangan kanannya
berusaha menutupi kedua payudara
namun tidak bisa menampung semua
kedua gundukan daging yang ada
didadanya. Sedangkan tangan kirinya
berusaha menutupi kemaluannya yang
dipenuhi jembut yang luar biasa lebatnya.
Aku sendiri tidak beranjak dari pintu dan
terus saja kuperhatikan Mbok Inemku ini.
Adegan ini berlansung agak lama, sampai
Mbok Inemku sendiri nggak tahan aku
liatin terus.
"Aaa.. deen..".
Sambil berkata itu, Mbok Inemku
membalikkan badan berusaha menutupi
bagian tubuh depannya. Aku sendiri
tambah terpana setelah melihat bongkahan
pantat Mbok Inemku. Aku terus berusaha
untuk tidak meremas pantatnya dan
memang aku berhasil.
Aku yakin kalau pembaca yang berada
diposisiku, pasti sudah nggak tahan untuk
menjamah tubuh montok Mbok Inemku.
Pembaca: "Uh.. dasar penulis sombong..".
Eh.. bukannya aku sombong, memang aku
sudah lama BERUSAHA latihan
mengendalikan emosiku dengan meditasi.
Kalau pembaca berusaha latihan terus, aku
yakin pasti juga bisa seperti aku.
Tetapi pembaca sedikit benar kok tentang
aku. Aku akhirnya melakukannya juga.
Tetapi tidak sampai yang macem-macem
lho.
Aku hanya mencubit pantatnya saja, nggak
lebih dari itu.
"Aaa.. deenn..". Mbok Inemku kaget sekali,
tetapi dia tidak bergerak dan tetap dalam
posisi membelakangiku.
Aku akhirnya punya ide yang sangat
cemerlang. Aku yakin pembaca tidak akan
mampu menciptakan ide sehebat ideku.
Pembaca: "Uuh.. dasar penulis sombong..
sok pinter..".
Begini nih ideku. Tapi pembaca jangan
nyontek ideku ya, sebab sudah aku hak
patenkan, ya walaupun belum masuk MURI.
Disaat dia masih terus membelakangiku,
baju dan CDnya yang sudah lusuh aku
ambil dari gantungan tanpa
sepengetahuannya dan aku bawa
kekamarku. Dikamar, ketika aku cium
CDnya yang sudah tidak berbentuk itu,
aduuh bau kewanitaannya sangat
menyengat dan lagi-lagi aku mau muntah.
Mungkin sudah berhari-hari tidak dicuci, ya
karena hanya itu baju dan CDnya sehingga
tidak ada gantinya.
Aku langsung ke meja makan ikut
menikmati sarapanku bersama Tika dan
Intan. Sambil menyantap hidangan di meja,
aku arahkan pandangan mataku ke kamar
mandi belakang dan aku masih bisa
mendengar suara Mbok Inemku yang
melanjutkan acara mandinya. Selang
beberapa saat aku lihat kamar mandi
sedikit terbuka dan aku perhatikan Mbok
Inemku kelihatan binggung mencari
bajunya. Disaat Mbok Inem menuju ke
kamarnya, aku berdiri menuju ke arahnya
dan dia kaget sekali, terus dialari ke arah
garasi dalam keadaan telanjang bulat,
bugiil.. giil.. giil.. giil! Bener lho pembaca..!
Pembaca: "Iya.. iya.. aku tahu.. bikin aku
ikut horny saja..".
Terus aku ikuti dia dan aku lihat Mbok
Inemku binggung mau sembunyi dimana.
Aku terus mendekat dan Mbok Inemku
semakin tambah nervous dan tanpa pikir
panjang lagi langsung masuk ke mobilku.
Aku tanpa basa-basi lagi langsung
membuka pintu belakang dan aku lihat
Mbok Inemku duduk di jok belakang sambil
memeluk kedua kakinya untuk
menyembunyikan bagian sensitifnya.
Disaat aku ikut masuk dan duduk
disebelahnya, Mbok Inemku mau lari
keluar. Langsung saja aku tarik tangannya
dan aku peluk Mbok Inemku dan aku belai
lembut rambut panjangnya yang masih
basah.
"Adeen.. si Mbok mau diapain Den.., si Mbok
takuut..".
"Kenapa musti takut Mbok.., aku nggak
akan menyakitimu kok Mbok..". Aku lihat
Mbok Inemku mulai menangis.
"Si Mbok malu Den.., si Mbok kan nggak
pakai baju..".
Kemudian aku pegangi wajahnya dan aku
mulai hapus air mata yang terus saja
menetes. Setelah mulai agak reda
tangisnya, aku angkat dagunya, terus aku
lumat bibirnya yang terlihat masih sangat
seksi. Mbok Inemku berontak lagi sehingga
aku harus memeluknya lagi dan aku
jelaskan kalau aku tidak akan
menyakitinya. Setelah agak tenang, aku
mulai lagi mengulum bibirnya dan tangan
kananku mulai meremas bongkahan
payudaranya. Mbok Inemku hanya bisa
mendesah dalam kuluman mulutku dan
ketika tanganku mulai mengusap-usap
vaginanya, Mbok Inemku berontak lagi dan
bisa lari ke kursi depan dan berusaha
membuka pintu. Usahanya sia-sia, karena
pintunya sudah aku central lock.
Aku ikut ke depan dan sandaran kursi yang
diduduki Mbok Inem aku tarik kebelakang
sehingga Mbok Inemku jatuh telentang
dikursinya. Aku lansung menindih tubuh
Mbok Inemku dan berusaha melepas celana
pendek dan CDku.
"Deen.., jangan Den.., si Mbok takut Den..".
"Nggak apa-apa kok Mbok.., jangan nangis
gitu dong mbook..".
"Jangan perkosa si Mbok deenn.., si Mbok
khan sudah tua deen..".
"Kamu masih cantik kok Nem..".
Aku sendiri sudah mulai kurang ajar
dengan hanya memanggil namanya saja.
Terus kuregangkan kedua kakinya, penisku
yang sudah semakin keras, secara pelan
pelan aku dorong menembus bibir
vaginanya. Lalu kutekan lagi memeknya
sampai kedua kakinya bergetar ketika
penisku masuk semuanya kedalam lobang
kelaminnya.
"Aduuh deen.., memek si Mbok sakiit
deen..". Ya mungkin sudah lama sekali bibir
memeknya tidak dimasuki penis lelaki.
Setelah agak lama aku memompa
memeknya, tiba-tiba ada suatu kekuatan
besar yang hendak keluar dari penisku.
Dan beberapa saat kemudian, tubuhku
meregang, dan.. "croott.. croott.. creep..
cruuoott.." Spermaku muncrat kedalam
rahim Mbok Inemku. Tubuhnya pun iku
mengejang ngejang pertanda dia juga
sudah orgasme. Aku terus perhatikan
wajahnya yang masih menikmati
gelombang orgasmenya. Setelah agak
tenang, barulah Mbok Inemku tersadar dari
orgasmenya. Mbok Inem langsung
menutup wajahnya menyembunyikan rasa
malunya.
"Mbook.., teteknya kok nggak ditutupin..".
Aku memang sengaja menggodanya.
Dan secara reflek, dia berusaha menutupi
payudaranya dengan kedua tangannya.
Sehingga aku dengan leluasa menikmati
wajah cantiknya. Merasa aku perhatikan
terus, wajahnya mulai memerah menahan
malu. Aku sendiri yang masih menindih
tubuhnya, merasa kasihan dan aku cabut
kontolku yang masih betah menancap di
memeknya. Lalu aku keluar dari mobil
untuk mengambilkan bajunya. Dan aku
masih sempat melihat ada air mata yang
membasahi pipinya.
Setelah Mbok Inem mamakai baju dan ikut
duduk di sofa tengah, aku pamit
kepadanya untuk mengajak Tika dan Intan
belanja baju di mall. Hampir 1 jam aku
belanja di mall untuk membelikan baju
Intan, Tika dan Mbok Inemku. Masing-
masing aku belikan 4 stel baju. Tika dan
Intan aku belikan juga CD, dan bra-nya
tidak, karena aku pikir nanti hanya akan
menghambat pertumbuhan payudaranya.
Sedangkan Mbok Inemku tidak aku belikan
CD dan bra karena aku belum tahu
ukurannya.
Ketika aku serahkan bajunya, Mbok Inemku
kelihatan bahagia sekali dan aku minta
untuk mencobanya. Mbok Inemku
langsung lari kekamarnya, sedangkan Tika
dan Intan tanpa malu-malu mencoba satu-
persatu bajunya di depanku. Aku sempat
perhatikan bibir memek Tika sudah agak
membelah sedangkan memeknya Intan
hanya membentuk garis vertikal. Tetapi
untuk kemulusan kulitnya,
si Intan sedikit lebih putih dibandingkan
Tika.
Aku sendiri merasa ikut senang bisa
membahagiakannya. Disaat aku sedang
memperhatikan Tika dan Intan, dari arah
kamar belakang muncul Mbok Inemku
dengan daster barunya. Aku sempat
terpana, melihat lekuk-lekuk tubuhnya
dibalik dasternya yang agak diatas dengkul
dan pas banget dibadannya. Bongkahan
bokongnya sangat sekal dan kedua
tonjolan payudaranya sangat menantang
untuk diremas.
Aku juga sempat melihat Mbok Inemku
menangis bahagia melihat kedua anaknya
senang.
"Matur nuwun deen.., si Mbok sudah
dibelikan baju..".
"Iya Mbok.., sini duduk di sofa dekat aku..".
Sedangkan Tika dan Intan sendiri sudah
sibuk menonton film kartun dari vCD yang
aku belikan tadi.
"Mbook.., maaf ya aku belum sempat
membelikan CD dan bra buat kamu.., aku
khan belum tahu ukurannya..".
"Nggak apa-apa Den.., CD si Mbok yang
lama mana Den.., si Mbok mau pakai lagi..".
"Ada di kamarku Mbok.., ambil saja
sendiri..".
Aku ikuti dia dari belakang, dan Mbok Inem
menemukan CDnya diranjangku dan mulai
memakainya. Baru sampai dipahanya, aku
masuk dan dia kaget sekali.
"Deen..".
"Mbok CDnya kan sudah bau.., jangan
dipakai lagi yaa.., nanti aku belikan yang
baru..".
Kemudian aku dudukkan dia di tepi
ranjangku.
"Aku lepasin lagi ya Mbok CDnya..".
Tanpa seijinnya, aku singkap dasternya
dan CD yang baru sampai dipahanya itu
mulai aku tarik kebawah sampai terlepas.
Kemudian aku duduk disebelahnya dan
mulai memeluk dia.
"Deen.., jangan Den.., si Mbok sudah tua
deen..".
Mbok Inemku ini usianya memang sudah
42 tahun, tetapi dibandingkan teman-
teman kerjaku ataupun mahasiswi-
mahasiswi kenalanku, mereka semua
nggak ada apa-apanya.
"Siapa bilang Mbok.., kamu masih cantik
kok.., dan juga badan Mbok masih seksi
kok..".
Akupun mulai membelai rambut dan
wajahnya dan aku lihat dia hanya
memejamkan matanya. Aku angkat
dagunya dan aku mulai melumat bibirnya
dengan rakus. Mbok Inemku sempat
berontak dan setelah aku beri pengertian,
dia mulai pasrah. Ini membuat saya sedikit
lebih berani untuk meremas tonjolan
payudaranya. Saya mencoba untuk
melakukannya lebih jauh lagi. Kali ini
tangan saya perlahan-lahan saya arahkan
ke bagian selangkangannya. Dia masih
tidak menolak, jadi saya bisa merasakan
lembutnya bibir kemaluannya.
Kepasrahannya semakin melambungkan
kekurangajaran saya. Tangan saya mulai
menyelinap ke balik pakaiannya. Saya
kembali meremas-remas payudaranya
secara langsung. Kali ini langsung
menyentuh permukaan kulitnya. Saya
lakukan sambil mencium lehernya dengan
lembut. Suara desahan lembut mulai
terdengar dari bibirnya. Disaat saya mulai
meremas belahan memeknya,
agak sulit memang mencari lubang
vaginanya karena jembutnya sangat lebat.
Jari tengahku, saya tekan sedikit demi
sedikit dan perlahan ke belahan
kemaluannya. Saat itulah dia tersentak dan
berusaha menahan tangan saya. Dia
menatap mata saya.
"Deen.., si Mbok malu deenn..".
"Tenang saja Mbok.., Mbok boleh aku
panggil namamu saja..". Dia cuma diam
saja.
"Oh.. iya nem.., aku cukur ya jembut kamu
biar bersih..". Dia juga cuma diam saja.
Memang Inemku ini sifatnya agak pemalu.
Aku ambil silet cukur dan menyuruhnya
untuk tiduran. Kemudian aku jongkok
diantara kakinya dan mulailah aku singkap
daster yang dipakainya sampai ke
pinggang. Setelah pahanya aku
kangkangkan, dibalik jembut lebatnya itu
terdapat bongkahan daging merah dengan
celah yang sempit dan dari situ tersembul
seonggok daging kecil seperti kacang
merah merekah yang mencuat keluar.
Aku pun mulai mencukur habis jembut
Inemku sampai bersih dan aku cuci
memeknya sampai bersih.
"Nem.., dasternya dibuka ya.., aku mau
cukur sekalian bulu ketek kamu..".
"Nggak usah deen.., si Mbok malu..".
"Nggak usah malu nem.., ayo berdiri sini..".
Terus aku angkat dia dan dasternya mulai
aku lucuti sampai terlepas. Inemku
langsung menutupi payudara dan
vaginanya. Dengan sedikit paksa, akhirnya
aku berhasil mencukur habis bulu
keteknya.
Ke bagian 3 http://indohot.in